Arsip Tag: SDGs-15

Melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati

HARI OWA SEDUNIA 2019

Hari Owa Sedunia diperingati pada tanggal 24 Oktober setiap tahunnya. Hari peringatan ini dideklarasikan pada tahun 2015 sebagai ‘International Gibbons Day’ oleh International Primate Protection League (IPPL) yang merupakan bagian dari The International Union for Conservation of Nature (IUCN). Organisasi, peneliti, pemerhati, dan penggiat konservasi owa di seluruh dunia memanfaatkan momen […]

PELEPASAN PESERTA SURILI 2019

Bogor, 27 Mei 2019. Sebanyak 67 orang peserta pada tahun ini akan diberangkatkan menuju tanah Sumba untuk melaksanakan kegiatan ekspedisi SURILI.

Kegiatan pelepasan ekspedisi ini dilaksanakan secara simbolis oleh Dekan Fakultas Kehutanan, selain itu dihadiri oleh Ketua Departemen KSHE, Pembina Himakova, dan dosen-dosen lainnya serta mahasiswa Angkatan 52.

Perjalanan untuk mengungkap keelokan rimba Sumba kini semakin dekat. Dukungan dan doa selalu kami harapkan demi kelancaran kegiatan ini. Semoga kegiatan ekspedisi ini dapat menghasilkan data yang bermanfaat bagi dunia konservasi Indonesia.

“Berkarya kami sepenuh jiwa, berbakti kami sepanjang masa. Konservasi…. konservasi”

Semangat Konservasi Alam dan Lingkungan Indonesia Sang Profesor

Bogor, 25 Maret 2019. Mewakili Menteri LHK, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, menghadiri Apresiasi Kiprah Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS. di IPB International Convention Center, Bogor (23/03/2019). Acara ini merupakan bentuk penghormatan terhadap kiprah gemilang Sang Profesor dalam mendukung upaya konservasi sumber daya alam.

Diawali dengan mata kuliah “Perlindungan Alam dan Pelestarian Margasatwa (PAPM)”, pada pertengahan 1980an di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan (KSH), tokoh yang akrab disapa Prof. Alikodra ini, membawa konsep baru konservasi dengan istilah 3 P, yaitu Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan secara Lestari. Konsep ini kemudian dimotori oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (Ditjen PHPA, Departemen Kehutanan pada waktu itu), yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam kesempatan ini, Wiratno, menyampaikan apresiasinya kepada sang profesor. “Sistem alam sangat penting dan menjadi acuan kita, kedepan masih banyak yang harus kita gali dari kiprah Prof. Alikodra,” ujarnya.

Wiratno juga menyampaikan bahwa kiprah Prof. Alikodra selama 45 tahun sejak tahun 1974, telah memberikan peran yang penting bagi kemajuan ilmu konservasi.
“Bukan waktu yang pendek untuk selalu konsisten mengajarkan dan mengerjakan hal-hal terkait konservasi dan lingkungan,” Wiratno menambahkan.

Sebagaimana diketahui, Prof. Alikodra pernah berperan sebagai birokrat pada Kementerian Lingkungan Hidup, sampai menjadi Staf Ahli Menteri LH Bidang Teknologi Lingkungan Hidup, Anggota Dewan Riset Nasional, serta Wakil Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal). Selain bekerja sebagai pengajar pada almamaternya, Prof. Alikodra juga mengajar sebagai Dosen Tamu pada UIN, USU, dan UI. Tidak kurang dari 10 Doktor dari IPB, 3 Doktor pada UIN, 11 Doktor dari UI, dan 7 Doktor dari USU yang lahir dari bimbingannya.

Prof. Alikodra telah menulis sebanyak 16 Buku, mulai dari Dasar-Dasar Pengelolaan Satwa Liar (1990) sampai dengan buku tentang Moral dan Etika Konservasi Alam, dan buku tentang pentingnya membumikan Ecosophy; Etika bagi Penyelamatan Biodiversity dan Lingkungan Hidup. Tidak kurang dari 29 tulisan pada jurnal internasional yang pernah ditulisnya, serta 10 tulisan di media massa. Prof. Alikodra juga sangat intens berperan dalam seminar, lokakarya dan simposium di 45 event di sepanjang kariernya, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sementara itu, pada waktu yang sama, Prof. Alikodra pada orasinya mengutarakan konsep Ecosofi, bahwa “Generasi Konservasi harus melakukan metafora, wajib mengikuti garis – garis ketentuan Allah sebagai hukum alam”.

“Menyuarakan semangat konservasi alam dan lingkungan di Indonesia, dapat diwujudkan bersama para pihak yang bergerak di bidang konservasi alam dan lingkungan, karena Manusia, Alam, Sang Pencipta dalam faham Ekosofi Bagi Lingkungan Berkelanjutan,” tutur Prof. Alikodra.

Prof. Alikodra, adalah pendiri Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (dulu Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan), pada bulan Februari 2019 beliau memasuki usia pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil di usia 70 tahun. Beliau mengenalkan konsep “Strategi Konservasi Dunia” atau dikenal dengan World Conservation Strategy (WCS), sebagai hasil dari pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) pada tahun 1980 di Gland, Swiss.

Dalam naskah aslinya, ada 3 (tiga) tujuan konservasi, yaitu:
1). Maintenance of essential ecological processes and life-support systems;
2). Preservation of genetic diversity;
3). Sustainable utilization of species and ecosystems.
Dalam mata kuliah beliau juga dibahas mengenai satu bentuk kawasan konservasi yang pada waktu itu belum banyak dikenal, yaitu taman nasional. Istilah ini memang tidak ada dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan.

Konsep konservasi sebagaimana tersebut di atas, dalam perjalanan waktu kurang dari 10 tahun kemudian menjadi pondasi substansi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus 1990.

Turut hadir dalam apresiasi ini,
Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, M.S. (Menteri Riset dan Teknologi di Kabinet Indonesia Bersatu II, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia 2009-2011),
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. (Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong), Wakil Rektor II IPB Agus Purwito, Dekan Fakultas Kehutanan Dr. Rinekso, Penasehat Senior Menteri LHK Dr. Efransjah, dan 150 alumni bimbingan Prof. Alikodra.

Sumber dari berbagai media :

  • https://ppid.menlhk.go.id/berita_foto/browse/1731
  • http://mediaindonesia.com/read/detail/225034-semangat-konservasi-alam-dan-lingkungan-indonesia-sang-profesor
  • https://www.indopos.co.id/read/2019/03/24/169386/semangat-konservasi-alam-dan-lingkungan-indonesia-sang-profesor

Belajar Perlindungan Kawasan Hutan : Kembali Mahasiswa IPB Sambangi Bukit Seribu Bintang

Bogor, 15 November 2018. Hutan yang merupakan penyangga kehidupan makhluk hidup di sekitarnya termasuk manusia, masih belum dirasakan keberadaannya. Mungkin hanya sebagian kecil yang memang berkecimpung dalam dunia “kehutanan”, baik itu pelajar, mahasiswa bahkan aparat pemerintah.

Hutan masih dianggap sebagai bagian yang terpisah dari kehidupan manusia, hanya menjadi lokasi satwa dan tumbuhan hidup, bahkan ada yang menganggap jin buang anak.

Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai lembaga pendidikan mempunyai sebagai pendidik generasi bangsa juga turut bertanggung jawab. Melalui Fakultas Kehutanan, ilmu kehutanan disampaikan baik kepada mahasiswa kehutanan itu sendiri maupun mahasiswa yang di luar fakultas kehutanan.

Sistem seperti ini sudah dijalani beberapa tahun sebelumnya. Melihat bahwa sesungguhnya ilmu kehutanan itu harus dipahami semua orang.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB melalui mata kuliah Manajemen Kawasan Konservasi mengajak 29 mahasiswa yang terdiri dari jurusan Ilmu Tanah, Meteorologi dan Geofisika, Ilmu gizi Masyarakat, Kimia, dan Manajemen Hutan berkunjung ke Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), pada hari Sabtu, 10 November 2018.

Didampingi dosen Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. seluruh mahasiswa antusias untuk mengikuti rangkaian kegiatan pengenalan pada kegiatan tersebut, dan peserta diperkenalkan tentang bagaimana pengelolaan kawasan hutan konservasi. Setelah perjalanan panjang dari Bogor, rombongan istirahat sejenak di Batu Luhur dan melanjutkan ke Desa Padabeunghar.

Nisa, Penyuluh Kehutanan juga turut mendampingi. Menjelaskan sejarah pengelolaan kawasan hutan mulai dari zaman belanda hingga dikelola Perum Perhutani. Pengelolaan kawasan hutan dengan sistem zonasi dan implementasi tiga  kelola konservasi yaitu perlindungan dan pengamanan kawasan, pelestarian plasma nutfah dan pemanfaatan sumber daya alam hayati.(@W)

Sumber : https://www.instagram.com/p/BqJjCeggNV-/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1oxx9rw0j9mzj

22 September | Peringati Hari Badak Sedunia

22 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Badak Sedunia atau di dunia internasional populer dengan World Rhino Day ditetapkan pertama kali oleh salah satu lembaga konservasi dunia WWF – Afrika pada tahun 2010 lalu sebagai Hari Badak Internasional. Indonesia beberapa waktu sukses menyelenggarakan Asian Games 2018 dengan tema Energy of Asia. Salah satu dari 3 maskot pada event internasional tersebut yaitu Badak bercula satu yang diberi nama Kaka  yang melambangkan simbol dari kekuatan Asia khususnya Indonesia sebagai tuan rumkah even internasional 4 tahunan.

Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki populasi tersisa Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang diperkirakan memiliki 50 ekor lebih di wilayah konservasi Taman Nasional Ujung Kulon. Selain badak jawa terdapat Populasi Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) juga dalam kondisi yang tidak kalah kritisnya. Saat ini diperkirakan hanya sekitar 200 individu badak Sumatera yang tersebar di Sumatera bagian utara dan selatan.

Badak merupakan salah satu satwa (langka) yang kharismatik dan sangat dilindungi. Upaya pemerintah melalui kelembagaan yang berwenang bekerjasama dengan berbagai LSM baik nasional maupun internasional terus dilakukan untuk kelestarian badak yang semakin sedikit populasinya  akibat perburuan liar serta penurunan kualitas dan kuantitas habitat asli mereka yang diakibatkan perambahan atau konversi hutan.

Melalui peraturan menteri kehutanan nomor P43/menhut/II/2007 tentang Strategi penyelamatan dan rencana aksi konservasi badak indonesia telah diupayakan dalam meningkatkan populasi badak jawa sebesar 20% serta membangun populasi kedua badak jawa atau suaka badak jawa. Oleh karena itu diperlukan tindakan segera serta komitmen kebijakan pemerintah dan berbagai pihak, baik masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penyelamatan populasi kedua jenis badak untuk menjaga hutan dan menjamin perlindungan penuh populasi badak dan konservasi kedua jenis badak di Indonesia yaitu badak jawa dan sumatera.

Dengan diperingatinya 22 September sebagai Hari Badak Internasional sebagai upaya membangun pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian badak di dunia khususnya Indonesia serta peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab kita semua akan pentingnya keberadaan badak serta kelestarian habitatnya di dunia.(@W)

Selamat Hari Badak Internasional

Referensi berbagai sumber:

forumbadak.wordpress.com
wwf.or.id
menaranews.com
travel.kompas.com
inspirasipagi.id

Pelepasan Peserta SURILI HIMAKOVA 2018

Bogor, 07 Juli 2018. Sebagai agenda lanjutan dari diskusi yang dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2017 lalu yang membahas tentang rencana program kegiatan Ekspedisi SURILI HIMAKOVA 2018 yang telah dilangsungkan antara Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. Ketua Pembina HIMAKOVA  (Penanggungjawab) Tim Ekspedisi SURILI dengan Kepala Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobato, Halmahera, Maluku Utara, pada hari Sabtu 07 Juli 2018 bertempat di Lapangan Ruang Sidang Silva (RSS) Fakultas Kehutanan IPB telah diresmikan acara pelepasan Tim Ekspedisi SURILI HIMAKOVA 2018 Departemen KSHE oleh Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Si (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan IPB). Acara pelepasan tersebut dihadiri Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS (Ketua Departemen KSHE), Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. (Ketua Pembina HIMAKOVA), dan Ir. Haryanto, M.Si (DPO HIMAKOVA).

Studi Konservasi Lingkungan (Surili) merupakan program kerja unggulan Himpunan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) Fahutan IPB yang dilakukan rutin setiap tahun dan berkat eksistensinya selama 13 tahun mengkaji 12 wilayah Taman Nasional dan 1 suaka margasatwa secara berkelanjutan dan terlama, berhasil meraih penghargaan MURI pada tahun 2015 lalu.

Tim SURILI kali ini merupakan program lanjutan yang pernah sukses dilakukan 2014 atau 4 tahun lalu di Blok Aketajawe TNAL, kali ini program kali ini dilaksanakan selama 2 minggu yaitu mulai tanggal 15 Agustus – 1 September 2018 yang akan menjelajahi Blok Lolobata dan mengeksplorasi Potensi keanekaragaman hayati, keindahan lanskap, dan kehidupan sosial budaya masyarakat di sekitar di Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) Halmahera, Maluku Utara yang patut digali dan dikaji sebagai aset kekayaan nusantara. (@W)