Spesies Baru Hewan Primata di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum
Bogor. 17 Januari 2023. Indonesia memiliki rentetan spesies satwa yang belum diketahui keberadaannya dan belum teridentifikasi. Penelitian berbasis eksplorasi menjadi kunci untuk mengungkapkan kekayaan spesies satwa di Indonesia ini. Melalui upaya kerjasama penelitian atau Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah ditantatangani pada 7 Mei 2021 lalu bertempat di Direktorat Jenderal KSDAE Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University bersama Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum), kerjasama ini berjalan kurang lebih selama 4 tahun, fokus utama pkerjasam penelitian adalah upaya penyelamatan satwa langka Lutung Sentarum (Presbytis Chrysomelas sp cruciger) yang meliputi studi Bioekologi dan test DNA hingga menyusun strategi serta rencana aksi Lutung Sentarum.
Dr Nyoto Santoso bertindak sebagai Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) IPB University sekaligus peneliti beserta tim, menjelaskan bahwa Spesies yang dinamai Lutung Sentarum (Presbytis chrysomelas ssp.cruciger, Thomas 1892) ini ditemukan di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat sebagai spesies primata yang baru ditemukan di Indonesia telah diperkenal sejak Juni 2021, mereka memperkenalkan spesies lutung baru yakni Lutung Sentarum yang pertama ditemukan di Sabah Malaysia dengan status Critically Endangered (IUCN, 2020).
Dr. Nyoto dalama keterangan yang dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh reporter Humas IPB University saat ini sedang diteliti aspek bioekologi dan konservasinya. Dari hasil penelitian ini, kita ingin merekomendasikan Lutung Sentarum masuk ke dalam spesies primata yang dilindungi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena statusnya endemik dan sangat terbatas penyebarannya,” lanjutnya. Menurut prediksinya Lutung Sentarum ini merupakan hasil persilangan alami antara spesies lutung merah dan lutung hitam Kalimantan. Prediksi ini disimpulkan berdasarkan ciri khas morfologi Lutung Sentarum berupa punggung berwarna hitam dan perut berwarna oranye hingga ke muka.
Lebih lanjut Dr. Nyoto menjelaskan bahwa “Peran lutung ini di ekosistem antara lain sebagai pemakan daun dan buah (penyebar biji). Perilakunya arboreal atau aktif di tajuk pohon, berkelompok, dan cenderung menjauh dari pemukiman. Sehingga terkadang keberadaannya yang sulit ditemukan dapat menyulitkan pengamatan. Disinyalir terdapat sekitar 250 ekor sampai 300 ekor Lutung Sentarum dengan 30 kelompok dan sub kelompok di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan area sekitarnya. “Populasi tersebut diprediksi mampu bertahan secara berkelanjutan hingga 100 tahun ke depan berdasarkan metode minimum viable population.
Selain itu, lanjutnya, interaksi dengan manusia maupun spesies satwa lainnya turut diidentifikasi dengan melibatkan mahasiswa S1 hingga S3 KSHE Fahutan IPB University. Luarannya diharapkan berupa jurnal ilmiah nasional, internasional hingga yang terindeks Scopus atau Sinta. Diharapkan sebagai hasil akhir dari penelitian ini adalah menyusun rencana aksi strategi konservasi Lutung Sentarum dengan para pihak, terutama dengan pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Sehingga mereka ikut berkontribusi dalam upaya konservasi di dalam dan luar kawasan Taman Nasional Danau Sentarum,”. Selain itu juga dapat menjadi acuan para peneliti dan balai konservasi dalam mengajukan status konservasi Lutung Sentarum serta dapat dijadikan rekomendasi kepada pengelola taman nasional, pemerintah daerah, maupun pihak swasta untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai objek ekowisata primata endemik.
Demikian keterangan penutup dari salah satu Pakar Ekologi Primata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University.(@W)
Kutipan:
- IPB News (MW/Zul) 14-Jan-2023
- https://wartapontianak.pikiran-rakyat.com/kalbar (mei 2021)