Dosen IPB Meneliti Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya Melalui Pengembangan Wisata di Taman Nasional Kepulauan Seribu
“Kearifan lokal masyarakat yang meliputi ide, pemikiran, karya, peralatan, maupun konsep dalam pengelolaan keanekaragaman hayati, lingkungan alam, serta lingkungan budayanya memiliki peran penting dalam mendukung kelestarian kawasan konservasi,” tutur Dr. Syafitri yang merupakan seorang dosen muda peneliti etnobiologi.
Masyarakat yang mendiami Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua dinilai memiliki sejarah budaya yang sangat unik. Pencampuran budaya suku Betawi, Jawa, dan Mandar di Pulau Harapan membentuk budaya baru yang disebut dengan “Orang Pulo”, suatu budaya yang berbeda dari suku-suku asalnya. Sementara itu, upacara adat ‘syukuran laut’ yang masih dilakukan secara rutin setiap tahun di Pulau Kelapa Dua menjadi indikator eksistensi budaya Bugis di pulau ini. Budaya tersebut dapat menjadi modal sosial yang berpotensi diberdayakan untuk pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu. Namun, menurut Wira Saut Perianto Simanjuntak, S.P., Kepala Resort SPTN I Pulau Kelapa, terdapat indikasi terkikisnya budaya masyarakat Bugis yang mendiami Pulau Kelapa Dua.
Melihat kondisi dan potensi yang dimiliki oleh kedua pulau tersebut, Dr. Eva menyampaikan bahwa revitalisasi budaya melalui pengembangan budaya sebagai alternatif Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTWA) dan penguatan kelembagaan serta partisipasi masyarakat dalam wisata menjadi penting untuk dilakukan.
“Melalui penelitian dan pelibatan para pemangku kepentingan, hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan untuk mewujudkan wisata berkelanjutan di Kepulauan Seribu”, pungkasnya.(SHY/@W)
Penulis : Dr. Syafitri Hidayati