Pelajaran dari Pandemi COVID-19: Saatnya kita fokus melestarikan biodiversitas
Bogor, 10 Juni 2020. Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2020 diperingati oleh Fakultas Kehutanan IPB University dengan menyelenggarakan diskusi daring seri pertama dari rangkaian FAHUTAN TALK. Diskusi daring tersebut diselenggarakan pada 09 Juni 2020 dengan tema “Time for Nature Focus on Biodiversity”. Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS turut hadir menjadi moderator diskusi. Diskusi daring yang diselenggarakan atas kerjasama IPB University, Bogor’s Nature Group, dan Dewan Pertimbangan Kalpataru ini diikuti tidak kurang dari 150 orang peserta.
Terdapat tiga pembicara yang dihadirkan untuk membahas tiga sub-tema yang berbeda. Dr. Ir. Aca Sugandhy (Anggota Dewan Pertimbangan Kalpataru) selaku pembicara pertama membahas sub-tema “Environment and COVID-19”. Dalam sub-tema ini Dr. Aca menekankan pada fakta bahwa kerusakan lingkungan, pencemaran lingkungan, dan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan mengakibatkan lingkungan kehidupan kita baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan menjadi sangat rentan pada ancaman bencana alam ataupun bencana akibat ulah manusia termasuk salah satunya wabah COVID-19. Dr. Aca juga membahas mengenai kebijakan penanganan wabah COVID-19 yang harus ditangani secara ilmu manajemen yang meliputi dimensi manusia, ruang, waktu, penganggaran, teknologi, dan kelembagaan. Berkaca dari dampak pandemik maka beberapa prinsip pembangunan harus dilakukan, yakni: membangun kesadaran untuk memutus rantai virus, mengurangi dampak ekonomi dengan memberdayakan potensi sumber daya hayati setempat, memberikan pengalaman positif kepada para penderita, membangun dan mengoperasikan infrastruktur yang memberikan dampak positif kepada upaya percepatan penanggulangan pandemik, serta menghormati hak-hak, budaya, hukum adat dan kehidupan spiritual dan sosial masyarakat sekitar wilayah pandemik.
Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra (Dewan Guru Besar IPB University) secara khusus membahas paradigma baru konservasi keanekaragaman hayati pada sub-tema diskusi “New Era for Biodiversity Conservation”. Prof. Hadi membahas konservasi dari sisi filosofi dan spiritual. Prof. Hadi mengenalkan sosok Arne Ness sebagai guru dari ecosophy, sebuah aliran filosofi mengenai keseimbangan ekosistem. Konservasi saat ini haruslah berfokus pada penguatan kepemimpinan di semua lini, sehingga dapat mewujudkan generasi yang dapat melindungi alam dan bijaksana dalam pemenfaatannya. Prof. Hadi menutup pembahasan dengan menekankan pendekatan spiritual sebagai fokus dari strategi pengarusutamaan konservasi sumberdaya alam. Dr. Ir. Suryo Adiwibowo, MS (Dosen Departem SKPM IPB University) selanjutnya membuka diskusi sub-tema “Sosial Budaya dan COVID-19” dengan memaparkan mengenai kelompok masyarakat yang rentan terhadap dampak pandemik COVID-19. Prof. Adi selanjutnya menuturkan bahwa pandemik COVID-19 memiliki memiliki banyak kesamaan dengan perubahan iklim. Kedua bencana ini merupakan tragedy of the horizon dan tragedy of the common yang mana untuk menyelesaikannya memerlukan langkah-langkah aksi yang baru dapat dilihat hasilnya puluhan tahun ke depan. Pandemik dan perubahan iklim membutuhan perubahan fundamental dari orientasi sistem kinerja yang berjangka pendek menjadi sistem ketahanan jangka panjang (long term resiliency). Masyarakat secara individual, pembisnis, pemerintah, lembaga/organisasi masyarakat memiliki peran masing-masing dalam menyelesaikan pandemik dan perubahan iklim. Kita semua harus sama-sama dalam bekerjasama. (SYH,Sal,W&@W)
FB : konservasisumberdayahutan.ekowisata
IG : kshefahutanipb
Twt: @dkshe
Ytb: DKSHE Fahutan IPB (video Fahutan Talk 1)