Seminar Nasional Pengarus-utamaan Konservasi Biodiversitas Ala Indonesia

Bogor, 22 November 2012. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan IPB menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pengarus-Utamaan Konservasi Biodiversitas Ala Indonesia”, bertempat di Auditorium Rektorat Gedung Andi Hakim Nasution. Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB ke 30. Seminar ini sendiri dihadiri oleh berbagai unsur mulai dari kalangan pemerintah seperti Kementrian Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup, LSM dan kalangan akademisi baik mahasiswa S1, S2, S3 maupun staf pengajar dari berbagai departemen di IPB, ungkap ketua panitia seminar Dr. Ir. Siti Badriyah, MS.

Menjadi narasumber dalam seminar nasional ini adalah Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra (Guru Besar Konservasi Alam IPB) dan Dr. Ir. Soeryo Adibowo (Pakar Sosiologi Lingkungan IPB). Seminar ini dipandu oleh moderator Ir. Haryanto R. Putro, MS  (Pakar Kebijakan dan Kelembagaan Konservasi IPB).

Dalam paparannya, Prof. Hadi (sapaan akrab Bapak Hadi S. Alikodra) menyampaikan makalah berjudul Konservasi Masa Depan “Ecosophy” Bagi Penyelamatan Krisis Lingkungan Hidup. Dalam makalah tersebut dijelaskan bahwa pengetahuan ekologi yang selama ini dipelajari dan diimplementasikan di lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya dari ekologi dangkal (shallow ecology) menjadi ekologi dalam (deep ecology)

Prinsip dasar deep ecology atau ecosophy adalah filoshopi penyelamatan SDA dan lingkungannya (bumi) dari kerusakan dengan memasukan dimensi ekologi dan dimensi spiritual. Sebagai umat beragama, manusia seharusnya meyakini bahwa bumi beserta isinya merupakan ciptaan Tuhan YME yang diperuntukan bagi kesejahteraan umat-Nya, namun harus menjaganya secara bertanggung jawab. Sebagai khalifah di bumi, manusia mempunyai kewajiban memelihara sistem ekologi bumi.

Faham ecosophy yang dipaparkan Prof. Hadi juga memperhatikan dimensi sosial-budaya dan ekonomi. Menurutnya, urusan konservasi dimasa mendatang tidak hanya sekedar melindungi dan melestarikan SDA, namun juga melindungi budaya masyarakat bagi terjamin kehidupan manusia masa depan yang berkualitas. Prinsip ini memberi jaminan bagi kelestarian fungsi-fungsi ekologi dan kearifan lokal.

Sementara itu Dr. Ir. Soeryo Adibowo menyampaikan materi tentang “Ekologi Baru & Sosiologi Lingkungan: Fondasi Baru untuk Konservasi Berbasis Pemangku Kepentingan. Konservasi ala Indonesia harus bertumpu pada observasi terkini hutan Indoensia sampai pada akhirnya diperoleh generalisasi empiris. Konservasi akan terbangun tidak hanya dengan melihat aspek hutan namun juga manusia sebagai pengguna sumber daya tersebut (sosiologi lingkungan). Keberhasilan gerakan konservasi sumberdaya hutan akan terwujud bilamana semua pihak yang terlibat dan berkepentingan, turut dilibatkan dalam gerakan konservasi tersebut, tutur Dr. Ir. Soeryo Adibowo (Arya Arismaya Metananda).