Belasungkawa untuk Almarhumah Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.F

Innalillahi wa’innailaihi Rojiun..Telah berpulang ke Rahmatullah Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.F, Dosen Departemen KSHE Fakultas Kehutanan IPB pada pukul 04.15 WIB di R.S. Marzuki Mahdi. Almarhum telah disemayamkan di Rumah Duka Komplek Perumahan Nuansa Hijau Ciomas Bogor dan telah dikebumikan pada pukul 10.45 WIB di TPU Blender Kebon Pedes Kota Bogor. Segenap Keluarga Besar Departemen KSHE menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Almarhumah dan kami mendo’akan semoga Almarhumah diterima Iman-Islamnya dan ditempatkan di tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Kepada keluarga yang ditinggalkan (terutama putri Almarhumah “Ayu”) selalu diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapinya. Amin. (Wr)

Expo Himakova 2012 “Potret Keanekaragaman Hayati Indonesia Sebagai Kebanggaan Bangsa”

Darmaga, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB mengadakan expo di koridor Fema IPB. Kegiatan expo ini sendiri merupakan ajang memperkenalkan dan mempublikasikan kegiatan-kegiatan himakova satu tahun terakhir.

Kegiatan yang direncanakan berlangsung selama dua hari ini, mengangkat tema “Potret Keanekaragaman Hayati Indonesia Sebagai Kebanggaan Bangsa”. Seperti yang dikemukakan oleh Agung Gunadi (ketua panitia kegiatan expo Himakova 2012), bahwa keanekaragaman hayati seharusnya menjadi kebanggaan kita, sebagai bangsa Inodensia. Melalui kegiatan ini diharapkan akan timbul kebanggaan, rasa peduli dan kesadaran untuk menjaga keanekeragaman hayati Indonesia.

Expo Himakova 2012 ini dibuka oleh Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M. ScF (Pembina Himakova 2012). Dalam sambutannya, Pak Haris (sapaan akrab Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M. ScF) lebih dalam menyampaikan bahwa kegiatan expo Himakova ini juga menjadi ajang promosi kegiatan Himakova yang telah dilaksanakan. Mulai dari kegiatan ekspedisi seperti Surili (Studi Konservasi Lingkungan) dan Rafflesia (Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia), kegiatan bakti sosial maupun kegiatan lainnya seperti monitorin flora dan fauna kampus.

Expo Himakova 2012 ini terdiri dari 8 stand yakni KPM (Kelompok Pemerhati Mamalia), KPB (Kelompok Pemerhati Burung), KPH (Kelompok Pemerhati Herpetofauna), KPF (Kelompok Pemerhati Flora), KPK (Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu), KPG (Kelompok Pemerhati Goa), KPE (Kelompok Pemerhati Ekowisata) dan FOKA (Fotografi Konservasi). Setiap pengunjung yang datang dapat melihat beberapa hasil dokumentasi seperti foto dan video, juga dapat bertanya kepada anggota Himakova yang telah bersiap di setiap standnya untuk menginterpretasikan hasil-hasil kegiatan mereka. So, mari reme-rame datang ke ekpo Himakova 2012 ya….dipastiin kaga nyelas deh (ungkap salah seorang anggota Himakova).

(Arya Arismaya Metananda).

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Pusat Informasi Kehutanan Tanoto IPB

Bogor, 28 November 2012. Peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat Informasi Kehutanan Tanoto (Tanoto Forestry Information Centre) atau TFC- IPB telah dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama (WRAK) IPB, Prof. Dr. Anas M. Fauzi, MEng. Gedung seluas 1500 m2 dengan 3 lantai ini dibangun atas kerjasama IPB dengan Tanoto Foundation. Gedung ini dibangun di lokasi sekitar Ruang Kuliah Darmaga 1.

Dalam sambutannya, WRAK menambahkan bahwa selain kerjasama pembangunan Gedung TFC-IPB, bersama dengan Tanoto Foundation akan mendalami penelitian mengenai pengelolaan hutan di Indonesia maupun negara-negara lain. ”Kami percaya kekayaan hutan di Indonesia dapat terus dimanfaatkan dengan baik tanpa merusak ekosistem apabila sesuai dengan kaidahnya. Sebagai sarana pendukung, TFC-IPB juga menyediakan ruangan khusus untuk Pusat Kajian Ekosistem Hutan Rawa Gambut, sehingga peneliti dari seluruh Indonesia dapat mempergunakan sebaik-baiknya demi pelestarian kehutanan di Indonesia.

Pada kesempatan ini hadir Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., Ketua Pengurus Tanoto Foundation, Sihol Sihotang, dekan di lingkungan IPB, dosen Fakultas Kehutanan IPB, perwakilan mahasiswa serta tamu undangan lainnya (Agus Hikmat).

Pelatihan Biopori dan Konservasi Pohon Buah-buahan Berkhasiat Obat

Bogor, 25 November 2012. Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan (BKKT), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB kembali lagi mengadakan pelatihan bagi masyarakat lingkar kampus. Pelatihan ini merupakan bagian dari kegiatan PGN-IPB Kehati atau program pengembangan kampus keanekaragaman hayati dan penghijauan desa lingkar kampus berbasisi pemberdayaan masyarakat, kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM IPB) dan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Kurang lebih 1 tahun yang lalu BKKT IPB dengan program ini telah membagian tidak kurang dari 10.000 bibit pohon buah-buahan berkhasiat obat kepada masyarakat lingkar kampus yang tersebar di Desa Benteng, Desa Cibanteng, Desa Cihideung Ilir, Desa Cikarawang dan Desa Dramaga. Lebih besar dari tujuan Penanaman 1 Milyar Pohon yang dicanangkan pemerintah atau IPB sebagai Kampus Kehati, BKKT memiliki misi untuk terus mendampingi masyarakat, mencapai kesejahteraan hidupnya. Oleh karenanya selama kurun waktu satu tahun tersebut BKKT tidak hanya sekedar membagikan bibit, namun turut aktif mendampingi masyarakat, mendengar keluhan masyarakat karena bagaimana pun BKKT IPB juga memiliki tanggung jawab agar tumbuhan yang dibagikan dapat tumbuh dengan subur dan pada akhirnya dapat menjadi  sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat lingkar kampus, ungkap Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS saat memberikan sambutan pelatihan ini kemarin.

Pelaihan yang berlangsung di ruang sidang Rafflesia ini dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS didampingi oleh Sekretaris Departemen, Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. Pelatihan ini sendiri dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah materi tentang konservasi buah-buahan berkhasiat obat yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan bagian kedua adalah materi tentang teknologi biopori untuk pertanian berkelanjutan yang disampaikan oleh Ir. Kamir R. Brata, M.Sc.

Prof. Amzu (sapaan akrab Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS) menyampaikan bahwa tumbuhan yang dibagi tersebut tidak hanya dapat dikonsumsi saja sebagai pangan namun juga memiliki khasiat obat. Beliau pun memberikan beberapa contoh diantaranya, alpukat untuk menghaluskan kulit (buah) dan menyembuhkan tekanan darah tinggi (daun), jambu biji untuk obat diare, disentri, sakit perut (daun), manggis dan sirsak untuk anti kanker, sukun untuk dan buah petai untuk penyakit liver, kencing manis dan ginjal.

Sementara itu, Ir. Kamir R. Brata, M.Sc. menyampaikan bahwa lubang resapan biopori ke depan sangat diperlukan ditengah jumlah lahan resapan yang semakin sedikit dan penggunaan air tanah yang sangat berlebihan. Lubang resapan biopori ini memiliki fungsi yaitu memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah, membuat kompos alami dari sampah organik yang disimpan di dalam lubang biopori, mengurai genangan air hujan yang menimbulkan penyakit, mengurangi resiko banjir di musim hujan, mamsimalisasi peran dan aktifitas flora dan fauna tanah serta mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Setelah menerima materi di kelas, warga masyarakat yang berasal dari lima desa ini kemudian mempraktekan hasil dari materi tersebut yakni pembuatan lubang biopori serta pembuatan obat sederhana menggunakan bahan dasar daun sukun dan daun sirsak. Salah seorang peserta menilai bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, menambah pengetahuan dan membuka peluang sumber pendapatan baru. Di akhir acara diadakan penyerahan alat bor biopori pada masing-masing perwakilan desa sebanyak 2 buah dan penyerahan sertifikat (Arya Arismaya Metananda).

Seminar Hasil Ekspedisi HIMAKOVA 2012

Bogor, 24 November 2012. Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, (HIMAKOVA), merupakan himpunan profesi mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB melaksanakan seminar hasil ekspedisi Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) dan Studi Konservasi Lingkungan (Surili). Kegiatan ini merupakan puncak rangkaian ekspedisi ilmiah yang dilakukan anggota Himakova di kawasan konservasi tahun 2012 ini. Rafflesia mengambil lokasi di kawasan pesisir yaitu di Cagar Alam Tangkuban Perahu, Cagar Alam Sukawayana dan Taman Wisata Alam Sukawayana, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan Surili dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Provinsi Riau. Menurut Reza Aulia (Ketua HIMAKOVA 2012) kegiatan ekspedisi Rafflesia dan Himakova merupakan bukti nyata aksi konservasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan seminar hasil ekspedisi menjadi sarana publikasi yang baik.

Seminar hasil ekspedisi yang bertempat di Auditorium Sumardi Sastrakusumah, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor ini mengambil tema besar “Menjawab Tantangan Pengarusutamaan Konservasi melalui Sinergi Kolaborasi Multipihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia”. Pembicara yang diundang berasal dari pihak-pihak yang bersinggungan langsung dengan kegiatan konservasi, antara lain: Maman, S. Hut dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat; Julianti Siregar, S. Hut, M.Si dari Subdit Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Hutan Lindung, Kemenhut; H. Budiman, MSi dari Pemerintah Daerah Sukabumi; Nunu Anugrah S.Hut, MSc dari Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kemenhut, Hj. Dian Novarina, MSc dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper, dan dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS; Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA; dan Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc.

Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi, sesi I membahas hasil ekspedisi Rafflesia sedangkan sesi II membahas hasil ekspedisi Surili. Tidak hanya membahas hasil ekspedisi, seminar ini terasa lebih lengkap dengan adanya pameran foto dan laporan kegiatan hasil ekspedisi-ekspedisi sebelumnya.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan selama dua sesi ini dapat disimpulkan bahwa konservasi sumber daya alam harus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak agar tujuan konservasi dapat tercapai secara maksimal (pengelolaan kolaboratif). “Seminar yang singkat namun memberikan banyak ilmu dan wawasan baru ini dirasa perlu dilakukan secara berkelanjutan,” ungkap Teresia, salah satu peserta seminar hasil ekspedisi HIMAKOVA 2012. Dengan berakhirnya seminar ini diharapkan peserta semakin mengetahui pentingnya kawasan konservasi dan pengelolaannya. Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi, sedikit banyak dapat dijawab dari adanya seminar ini (Maria Edna & Arya Arismaya Metananda).

Seminar Nasional Pengarus-utamaan Konservasi Biodiversitas Ala Indonesia

Bogor, 22 November 2012. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan IPB menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pengarus-Utamaan Konservasi Biodiversitas Ala Indonesia”, bertempat di Auditorium Rektorat Gedung Andi Hakim Nasution. Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB ke 30. Seminar ini sendiri dihadiri oleh berbagai unsur mulai dari kalangan pemerintah seperti Kementrian Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup, LSM dan kalangan akademisi baik mahasiswa S1, S2, S3 maupun staf pengajar dari berbagai departemen di IPB, ungkap ketua panitia seminar Dr. Ir. Siti Badriyah, MS.

Menjadi narasumber dalam seminar nasional ini adalah Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra (Guru Besar Konservasi Alam IPB) dan Dr. Ir. Soeryo Adibowo (Pakar Sosiologi Lingkungan IPB). Seminar ini dipandu oleh moderator Ir. Haryanto R. Putro, MS  (Pakar Kebijakan dan Kelembagaan Konservasi IPB).

Dalam paparannya, Prof. Hadi (sapaan akrab Bapak Hadi S. Alikodra) menyampaikan makalah berjudul Konservasi Masa Depan “Ecosophy” Bagi Penyelamatan Krisis Lingkungan Hidup. Dalam makalah tersebut dijelaskan bahwa pengetahuan ekologi yang selama ini dipelajari dan diimplementasikan di lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya dari ekologi dangkal (shallow ecology) menjadi ekologi dalam (deep ecology)

Prinsip dasar deep ecology atau ecosophy adalah filoshopi penyelamatan SDA dan lingkungannya (bumi) dari kerusakan dengan memasukan dimensi ekologi dan dimensi spiritual. Sebagai umat beragama, manusia seharusnya meyakini bahwa bumi beserta isinya merupakan ciptaan Tuhan YME yang diperuntukan bagi kesejahteraan umat-Nya, namun harus menjaganya secara bertanggung jawab. Sebagai khalifah di bumi, manusia mempunyai kewajiban memelihara sistem ekologi bumi.

Faham ecosophy yang dipaparkan Prof. Hadi juga memperhatikan dimensi sosial-budaya dan ekonomi. Menurutnya, urusan konservasi dimasa mendatang tidak hanya sekedar melindungi dan melestarikan SDA, namun juga melindungi budaya masyarakat bagi terjamin kehidupan manusia masa depan yang berkualitas. Prinsip ini memberi jaminan bagi kelestarian fungsi-fungsi ekologi dan kearifan lokal.

Sementara itu Dr. Ir. Soeryo Adibowo menyampaikan materi tentang “Ekologi Baru & Sosiologi Lingkungan: Fondasi Baru untuk Konservasi Berbasis Pemangku Kepentingan. Konservasi ala Indonesia harus bertumpu pada observasi terkini hutan Indoensia sampai pada akhirnya diperoleh generalisasi empiris. Konservasi akan terbangun tidak hanya dengan melihat aspek hutan namun juga manusia sebagai pengguna sumber daya tersebut (sosiologi lingkungan). Keberhasilan gerakan konservasi sumberdaya hutan akan terwujud bilamana semua pihak yang terlibat dan berkepentingan, turut dilibatkan dalam gerakan konservasi tersebut, tutur Dr. Ir. Soeryo Adibowo (Arya Arismaya Metananda).