Arsip Kategori: Partnership_Government

Aktivitas kerjasama yang dilakukan dengan Pemerintah (Government)

Kolaborasi Multi Pihak dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka 2023: KSHE Gelar Sharing Session Pelaksanaan Transformasi Pembelajaran Kolaboratif

Foto. Mahasiswa peserta PLKA dan magang KSHE angkatan 57

Bogor, 25 November 2023. Kurikulum 2020 Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (PS KSHE) mengakomdir pembelajaran bagi mahasiswa untuk dapat mengambil minimal 20 SKS di luar kampus melalui program Collaborative Learning Transformation on Wildlife Management and Ecosystem Services di instansi mitra, melalui skema pendanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka tahun 2023. Mahasiswa melaksanakan Praktik Lapang Konservasi Alam dan magang Berkelompok di lokasi mitra sejak bulan Agustus-Oktober 2023.

Praktik Lapang Konservasi Alam (PLKA) menjadi bentuk kesatuan antara Praktik Pengelolaan Hidupan Liar (KSH 1404) dan Praktik Pengelolaan Kawasan Konservasi, Jasa Lingkungan, dan Ekowisata (KSH 1405). Sedangkan Magang Berkelompok (IPB303) merupakan pengayaan dan perluasan kompetensi mahasiswa untuk mendapat experience learning di dunia usaha-dunia industri.

Acara sharing session bertema ‘Pembelajaran Kolaboratif Pengelolaan Satwa Liar dan Jasa Lingkungan Hutan’ ini diselenggarakan di Auditorium Andi Hakim Nasution IPB pada Sabtu (25/11/2023). Dipandu oleh Duta IPB Batch IX Kaffah Fahrial dan Duta IPB Batch VIII Hafiza Rizki Nurbaiti. Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Dr Nyoto Santoso, MS menyampaikan laporan dan selayang pandang PKKM Program Studi KSHE 2023 yang melibatkan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak serta 18 instansi mitra magang. Acara dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Prof. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS. Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB mendukung penuh implementasi Kurikulum Merdeka PS KSHE agar terus ditingkatkan.

Sharing Session ini terdiri dari diseminasi hasil kegiatan Praktik Lapang Konservasi Alam (PLKA) yang serta pemutaran video dokumentasi kegiatan magang berkelompok mahasiswa.

Foto. Sesi presentasi oleh perwakilan mahasiswa KSHE angkatan 57

Dr. Ir. Rachmad Hermawan, MSc.F.Trop memoderatori sesi share learning yang terdiri dari presentasi oleh perwakilan mahasiswa PLKA dari tiga Taman Nasional yang mencakup Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), dan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Topik dan hasil data yang berkaitan erat dengan pembelajaran KSHE seperti potensi satwa liar, tumbuhan, simpanan karbon, potensi wisata, jasa lingkungan, dan jasa lingkungan air menjadi sorotan utama dalam presentasi hasil PLKA.

Ketua Departemen KSHE turut mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat pada kegiatan ini dalam upaya peningkatan kompetensi mahasiswa dan implementasi ilmu perkuliahan di masa mendatang.

“Rangkaian acara ini menjadi capaian dari kinerja dan proses yang dikemas dalam Kampus Merdeka. Dari awal sampai akhir saya pikir ini kerja yang komprehensif dan bagus, terkait kekurangan yang ada juga bisa kita lengkapi bersama. Untuk mahasiswa semoga bisa jadi wadah peningkatan kompetensi yang bermanfaat bagi masa depan” Ujarnya.

Pihak DKSHE juga berterima kasih kepada mitra PLKA, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) serta mitra magang PT Santamonica Indonesia, PT Fontis Aquam Vivam, Yayasan Puter Indonesia, Bumi Paseban Alami, Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia, PT CNN  Bogor Treetop Zipline Adventure, KLHK Direktorat Perencanaan Kawasan Konservasi, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Direktorat Pengelolaan Kawasan Konservasi, Direktorat Bina Pengelolaan Pemulihan Esensial, PT Palawi Risorsis, BBKSDA Jawa Barat TWA Pangandaran, Little Fireface Project, PT Equality Indonesia, PT Alam Bukit Tigapuluh, Aksioma Amerta Bumi, PT Star Energy Geothermal Salak, dan WCS-IP Lampung.(SH/@W)


Penulis : Dr. Syafitri Hidayati, S.Hut, M.Si.

PKKM : Smart and Precision of Forest Ecotourism dan Hack the Biodiversity: Elevating Indonesia Ecotourism through Technology

Sebagai salah satu rangkaian dari 3 kegiatan utama Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) antara lain Peningkatan Skill SDM, Praktik Lapang / Magang Colaboratif learning dan Kompetisi Kewirausahaan, serta sesuai dengan Kurikulum 2020 (K2020) IPB bahwa mahasiswa Semester VII tahun akademik 2023/2024 Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata diwajibkan mengikuti Praktik Pengelolaan Hidupanliar (KSH 1404) dan Praktik Pengelolaan Kawasan Konservasi, Jasa Lingkungan, dan Ekowisata (KSH 1405). Waktu pelaksanaan efektif selama 60 hari, dimulai pada bulan Agustus 2023.

Praktik ini dirancang untuk mewadahi materi-materi yang seharusnya dipraktikumkan pada beberapa mata kuliah sebelum Semester VII, namun karena tidak ada SKS praktikum, maka materi-materi tersebut dijadikan satu dan diberikan dalam praktik-praktik ini. Beberapa mata kuliah yang tidak memiliki SKS praktikum yaitu Pengelolaan Satwaliar, Konservasi Tumbuhan Tropika, Jasa Lingkungan, Rekreasi Alam dan Ekowisata, Interpretasi Alam dan Lingkungan. Selain itu, praktik ini juga memawadahi materi yang perlu dikembangkan dari materi praktikum yang sudah ada, namun dirasa perlu dipraktikkan di lapangan tidak hanya di laboratorium maupun sekitar kampus.

Sesuai dengan ketentuan Permenristekdikti No. 44/2015 (Pasal 17 (1.c) dan Permendikbud 3/2020 dan LH – Learning Hour = Jam Pembelajaran, bahwa  setiap 1 SKS setara dengan 45 JP (1 JP = 60 menit), Bobot SKS PLKA yaitu 6 SKS antara lain mata kuliah Praktik Pengelolaan Hidupan Liar (KSH1404) bobot 3 SKS (135 JP) dan Praktik Pengelolaan Kawasan Konservasi, Ekowisata, dan Jasa Lingkungan (KSH1405) bobot 3 SKS (135 JP), sehingga total jam pembelajaran yang harus ditempuh sejumlah 270 JP yang pelaksanaanya secara berurutan. Dengan mempertimbangkan kelogisan urutan materi praktik dari kemungkinan tumpang tindih antar materi praktik, dan pertimbangan lain agar praktik berjalan efisien dan efektif, maka kedua praktik dilaksanakan secara terintegrasi sehinga disebut Praktik Lapang Konservasi Alam (PLKA).

Tujuan dilaksanakannya praktik PLKA diharapkan mahasiswa dapat memperluas kompetensinya melaui peningkatan pengetahuan dan wawasan lapangan serta kemampuan pemecahan masalah di bidang perencanaaan dan pengelolaan kawasan konservasi, konservasi tumbuhan, pengelolaan satwaliar, pengelolaan jasa lingkungan, rekreasi alam dan ekowisata.

IPB University, Sarawak Research Society dan Responsible Borneo berkolaborasi pada Konferensi Internasional tentang Pariwisata yang Bertanggungjawab dengan tema “Reviving Tourism Through Green Investments” dan “Sustaining Tourism through Cultural Heritage Conservation“

Bogor, 23 Agustus 2023. International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) adalah konferensi profesional yang menampilkan pembicara internasional dari berbagai negara. ICRTH diinisiasi oleh Sarawak Research Society, Malaysia melalui program besar mereka bertajuk Responsible Borneo (REBORN). REBORN terlahir melihat pentingnya kebangkitan pariwisata setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19. REBORN oleh karenanya berbicara
tentang pentingnya membangun kembali pariwisata menggunakan prinsip tanggung jawab melalui pembangunan berkelanjutan termasuk menciptakan destinasi-destinasi baru. Hal tersebut merupakan kelanjutan dari deklarasi Komitmen Sarawak 2021 untuk Pariwisata Bertanggung Jawab (Responsible Tourism).

International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) adalah konferensi profesional yang menampilkan pembicara internasional dari berbagai negara. ICRTH diinisiasi oleh Sarawak Research Society, Malaysia melalui program besar mereka bertajuk Responsible Borneo (REBORN). REBORN terlahir melihat pentingnya kebangkitan pariwisata setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19. REBORN oleh karenanya berbicara tentang pentingnya membangun kembali pariwisata menggunakan prinsip tanggungjawab melalui pembangunan berkelanjutan termasuk menciptakan destinasi-destinasi baru. Hal tersebut merupakan kelanjutan dari deklarasi Komitmen Sarawak 2021 untuk Pariwisata Bertanggungjawab (Responsible Tourism).

Pelaksanaan ICRTH 2021 merupakan konferensi yang pertama dan dilakukan secara virtual (online/daring) namun hanya difokuskan bagi masyarakat industri. ICRTH 2021 diselenggarakan bersama oleh Ministry of Tourism, Creative Industry and Performing Arts (MTCP) Sarawak, Faculty of Hospitality and Tourism Management (UCSI University), Sarawak Research Society (SRS) dan Emerald Publishing (Asia Timur). Kegiatan ini juga didukung oleh berbagai instansi dari pemerintah, lembaga akademis dan industri di kawasan Asia Pasifik. Puncak acara adalah pencanangan Komitmen Sarawak 2021 untuk Pariwisata yang Bertanggungjawab.

PENGUATAN KERJA SAMA DAN DISKUSI IMPLEMENTASI PKKM KSHE “SMART & PRECISION OF FOREST ECOTOURISM” DALAM TATAKELOLA PENGEMBANGAN TAMAN NASIONAL

Bogor, 24 Juli 2023. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB University) melakukan pertemuan di Ruang Sidang Sylva, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB di Bogor dalam rangka meningkatkan jalinan kerja sama untuk Penguatan Fungsi Kawasan dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Secara Berkelanjutan di lima Unit Pelaksana Teknis dibawah Ditjen KSDAE, yang merupakan bagian dari dukungan dalam Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS).

Penandatanganan PKS dilakukan oleh Direktur Jenderal KSDAE Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc, dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Si selaku Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University. Perjanian Kerja Sama tersebut merupakan tindaklanjut pelaksanaan dari Nota Kesepahaman (NK) antara Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Rektor Institut Pertanian Bogor Nomor: PKS.4/SETJEN/ROCAN/ SET.1/4/2020 dan Nomor:19/IT3/HK.01/2020 tentang Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2020, berlaku selama 5 Tahun sampai dengan 11 Maret 2025.

Dalam kesempatan tersebut, kedua belah pihak bersepakat untuk melaksanakan Kerja Sama Penguatan Fungsi Kawasan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Secara Berkelanjutan sebagai Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada UPT Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai KSDA Jambi, Balai Taman Nasional Way Kambas, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Berbagai kegiatan dalam ruang lingkup kerjasama yang dilaksanakan tersebut akan berlaku hingga Maret 2025 dan akan didetailkan dalam dokumen tindak lanjut penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, yaitu Rencana Pelaksanaan Program (RPP) dan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) oleh masing Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen KSDAE

Tujuan PKS ini adalah dalam rangka sinergi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan melalui upaya penguatan fungsi Kawasan konservasi dan peningkatan efektifitas program konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan. Ruang lingkup kegiatan kerja sama ini antara lain meliputi 1) Pengembangan program pendidikan dan pelatihan dalam bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistem, peningkatan kapasitas dan keterampilan personal terkait konservasi sumber daya alam dan ekosistem, pertukaran data dan informasi; 2) Dukungan Bantuan teknis serta penelitian dan pengembangan berupa penelitian bersama tentang sumber daya alam dan ekosistem yang penting untuk konservasi; 3) Dukungan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan peningkatan ekonomi berbasis sumber daya dan potensi masyarakat; 4) Dukungan perlindungan kawasan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi upaya perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem; dan 5) Dukungan pengawetan flora dan fauna melalui penguatan tata kelola pelestarian tumbuhan dan satwa liar, pengembangan dan penerapan rencana pengelolaan.

Lebih lanjut, dalam pertemuan ini juga dibahas agenda penguatan kerjasama khusus antara Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dengan tiga Taman Nasional Lingkup Direktorat Jenderal KSDAE (Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Balai Taman Nasional Way Kambas) terkait rencana implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam kerangka Program Kompetisi Kampus Merdeka melalui pelaksanaan Praktek Bersama Hidupan Liar dan Praktek Bersama Manajeman Kawasan Konservasi, Ekowisata dan Jasa Lingkungan di ketiga Taman Nasional mitra

Diakhir pertemuan ini, Direktur Jenderal KSDAE Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc, dan Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Si menyampaikan komitmen bersama terkait berbagai program kerjasama saat ini dan di masa mendatang dalam rangka Penguatan Fungsi Kawasan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Secara Berkelanjutan demi mencapai Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Indonesia Emas 2045 dan Indonesia Net Zero Emission 2060.(DAR/@W)

Foto bersama Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Si dan Direktur Jenderal KSDAE Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc, di depan Arboretum Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University dengan Direktur Jenderal KSDAE dalam rangka Penguatan Fungsi Kawasan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Secara Berkelanjutan.

Spesies Baru Hewan Primata di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum

Bogor. 17 Januari 2023. Indonesia memiliki rentetan spesies satwa yang belum diketahui keberadaannya dan belum teridentifikasi. Penelitian berbasis eksplorasi menjadi kunci untuk mengungkapkan kekayaan spesies satwa di Indonesia ini. Melalui upaya kerjasama penelitian atau Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah ditantatangani pada 7 Mei 2021 lalu bertempat di Direktorat Jenderal KSDAE Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta antara Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University bersama Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum), kerjasama ini berjalan kurang lebih selama 4 tahun, fokus utama pkerjasam penelitian adalah upaya penyelamatan satwa langka Lutung Sentarum (Presbytis Chrysomelas sp cruciger) yang meliputi studi Bioekologi dan test DNA hingga menyusun strategi serta rencana aksi Lutung Sentarum.

Dr Nyoto Santoso bertindak sebagai Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) IPB University sekaligus peneliti beserta tim, menjelaskan bahwa Spesies yang dinamai Lutung Sentarum (Presbytis chrysomelas ssp.cruciger, Thomas 1892) ini ditemukan di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat sebagai spesies primata yang baru ditemukan di Indonesia telah diperkenal sejak Juni 2021, mereka memperkenalkan spesies lutung baru yakni Lutung Sentarum yang pertama ditemukan di Sabah Malaysia dengan status Critically Endangered (IUCN, 2020).

Dr. Nyoto dalama keterangan yang dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh reporter Humas IPB University saat ini sedang diteliti aspek bioekologi dan konservasinya. Dari hasil penelitian ini, kita ingin merekomendasikan Lutung Sentarum masuk ke dalam spesies primata yang dilindungi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena statusnya endemik dan sangat terbatas penyebarannya,” lanjutnya. Menurut prediksinya Lutung Sentarum ini merupakan hasil persilangan alami antara spesies lutung merah dan lutung hitam Kalimantan. Prediksi ini disimpulkan berdasarkan ciri khas morfologi Lutung Sentarum berupa punggung berwarna hitam dan perut berwarna oranye hingga ke muka.

Lebih lanjut Dr. Nyoto menjelaskan bahwa “Peran lutung ini di ekosistem antara lain sebagai pemakan daun dan buah (penyebar biji). Perilakunya arboreal atau aktif di tajuk pohon, berkelompok, dan cenderung menjauh dari pemukiman. Sehingga terkadang keberadaannya yang sulit ditemukan dapat menyulitkan pengamatan. Disinyalir terdapat sekitar 250 ekor sampai 300 ekor Lutung Sentarum dengan 30 kelompok dan sub kelompok di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan area sekitarnya. “Populasi tersebut diprediksi mampu bertahan secara berkelanjutan hingga 100 tahun ke depan berdasarkan metode minimum viable population.

Selain itu, lanjutnya, interaksi dengan manusia maupun spesies satwa lainnya turut diidentifikasi dengan melibatkan mahasiswa S1 hingga S3 KSHE Fahutan IPB University. Luarannya diharapkan berupa jurnal ilmiah nasional, internasional hingga yang terindeks Scopus atau Sinta. Diharapkan sebagai hasil akhir dari penelitian ini adalah menyusun rencana aksi strategi konservasi Lutung Sentarum dengan para pihak, terutama dengan pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Sehingga mereka ikut berkontribusi dalam upaya konservasi di dalam dan luar kawasan Taman Nasional Danau Sentarum,”. Selain itu juga dapat menjadi acuan para peneliti dan balai konservasi dalam mengajukan status konservasi Lutung Sentarum serta dapat dijadikan rekomendasi kepada pengelola taman nasional, pemerintah daerah, maupun pihak swasta untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai objek ekowisata primata endemik.

Demikian keterangan penutup dari salah satu Pakar Ekologi Primata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University.(@W)


Kutipan:

  • IPB News (MW/Zul) 14-Jan-2023
  • https://wartapontianak.pikiran-rakyat.com/kalbar (mei 2021)

Dosen IPB Meneliti Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya Melalui Pengembangan Wisata di Taman Nasional Kepulauan Seribu

Selama satu tahun ke depan, Dr. Eva Rachmawati dan Dr. Syafitiri Hidayati, dua dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, bersama dengan 2 asisten dan 3 mahasiswa akan melaksanakan penelitian yang bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya dalam Konteks Pariwisata” di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian yang didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi – BRIN ini akan bermitra dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) selaku pengelola dari pulau-pulau kecil yang masuk ke dalam wilayah kawasan konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong wisata berkelanjutan di kawasan konservasi tersebut. Mewakili Kepala SPTN II Pulau Harapan BTNKpS, Domingos Da Costa menyambut baik kunjungan tim peneliti IPB di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua pada 27 Mei 2021 lalu. Domingos menyampaikan kesiapan balai untuk mendukung pelaksanaan penelitian. Ditemui saat melakukan kunjungan tersebut, Dr. Eva menyampaikan bahwa penggalian budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia masih minim dilakukan, padahal kearifan lokal yang telah berkembang di sana merupakan modal sosial bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, peneliti bidang sosial wisata ini menambahkan bahwa dengan mengetahui potensi kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat para pemangku kepentingan terkait dapat mengembangkan berbagai atraksi wisata sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakat dengan tetap mengakar pada budaya setempat. Kesiapan kapasitas masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses pengembangan wisata di wilayahnya tentunya akan mendukung pembangunan wisata berkelanjutan dari mana diharapkan masyarakat dapat merasakan dampak positif wisata dari aspek sosial, ekonomi, psikologis, politik, dan lingkungan.

Pulau Harapan adalah pulau yang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi dengan jumlah wisatawan mencapai 800 hingga 1000 orang per hari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Junaedi, Ketua Kelompok Kerja Sadar Wisata (Pokdarwis), para wisatawan biasanya berkunjung ke Pulau Harapan sebagai bagian dari wisata ke pulau-pulau kecil lainnya di Kepulauan Seribu untuk melakukan beragam aktivitas wisata seperti snorkling, diving, camping dan menikmati panorama alam khas Kepulauan Seribu. Meski demikian, aktivitas wisata berbasis budaya terlihat masih belum diberdayakan, sehingga penelitian ini menjadi sangat diharapkan.