Arsip Kategori: CommunityEngagement

Aktivitas terkait pengabdian maupun pemberdayaan kepada komunitas baik didalam maupun luar kampus IPB

Penanaman Pohon Bersama Di Taman Hutan Kampus IPB Dramaga dalam rangka Dies Natalis IPB ke-57 dan Depertemen KSHE ke-38 “Menanam Hari ini berkah untuk masa depan”

Rangkaian acara selanjutnya yaitu sambutan dari sesepuh dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan dari Departemen KSHE, yaitu Bapak Ir. Yoyo Ontario, MM dan Dr. Achmad Mahmud Tohari, DEA. Bapak Yoyo Ontario menyampaikan apresiasi dan kebanggaan terhadap keluarga besar Fahutan yang mengundang dan tetap melibatkan sesepuh dalam berbagai kegiatan keakraban di lingkungan IPB terutama kegiatan penanaman. Beliau menjelaskan bahwa dengan adanya THK dan kegiatan seperti ini, diharapkan dapat menjadi sarana silaturahmi antar generasi civitas akademika Fahutan, IPB. Sambutan berikutnya adalah dari Bapak Achmad Mahmud Tohari. Beliau menjelaskan mengenai pentingnya batas kawasan THK, karena pada masa sebelumnya areal THK yang saat ini akan dijadikan sebagai blok gallery konservasi telah dipagar keliling dengan besi (seluas + 2,5 Ha), namun pada tahun 1998 karena krisis moneter terjadi pencurian/penjarahan besi-besi tersebut, bahkan dilakukan secara terang-terangan di depan civitas akademik kampus IPB. Sampai saat ini pagar besi yang mengelilingi areal THK hanya tersisa pada areal yang dijadikan sebagai kendang karantina rusa timor. Prof. Ervizal Amzu selaku Kepala Divisi Bioprospeksi dan Konservasi Tumbuhan menambahkan pula bahwa pada masa kepemimpinan Rektor Prof. Sitanala Arsyad dan Prof. Aman Wirakartakusumah, Fakultas Kehutanan melalui divisi Konservasi Tumbuhan diamanahi beberapa lokasi pelestarian plasma nutfah di lingkungan kampus IPB diantaranya Arboretum Bambu, sehingga legalitas tersebut harus ditingkatkan pengelolaannya agar bermanfaat untuk sarana pembelajaran.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Ibu Erika Pratiwi (manajer CSR) PT United Tractors Indonesia Tbk (UTI). Dalam sambutannya Ibu Erika menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaan karena UTI telah dianggap menjadi bagian dari keluarga besar Fahutan IPB pada umumnya dan Departemen KSHE khususnya dalam upaya penyelamatan biodiversitas di Indonesia. UTI sebagai salah satu distributor alat berat terbesar di Indonesia, akan terus berkomitmen untuk mendukung program kegiatan konservasi dan biodiveritas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat dan pada saat bersamaan menanggulangi perubahan iklim dengan bekerja sama dengan Fahutan IPB.

8th Fahutan Talk Series : Pandangan Kritis Kampus terhadap Spesies Dilindungi

Kesimpulan diskusi kali ini disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc., beliau menyebutkan bahwa ada 5 (Lima) point penting yang harus menjadi konsen bersama terkait kegiatan Fahutan Talk ke-8, yaitu : 1) Satwa dan tumbuhan merupakan aset sumberdaya hayati yang perlu dimanfaatkan secara lestari, dalam arti bahwa sumberdaya ini tidak hanya dilindungi dan diawetkan saja; 2) Fakta yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa banyaknya spesies satwa dan tumbuhan yang populasinya menurun, perdagangan dan perburuan liar terhadap satwa semakin marak, jumlah spesies dilindungi semakin bertambah termasuk spesies burung yang dimiliki Indonesia bertambah yang terancam punah pun bertambah, khusus untuk spesies burung banyak yang diimpor ke Indonesia dan banyak terjadi kematian saat pengiriman (kebanyakan illegal), lebih lanjut untuk spesies burung di Indonesia jumlah jenisnya semakin banyak seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk kegiatan survei yang semakin masif namun jenis yang terancam punah juga bertambah, banyak spesies yang kurang mendapat perhatian padahal jumlahnya dialam sudah semakin menurun sehingga perlu dilakukan penangkaran secara ex-situ sebagai contoh jenis ekek geling, cucak hijau, musang akar dan babi kutil; 3) Opsi pertama yang dapat ditawarkan adalah pendekatan populasi, yang berbeda-beda setiap lokasi/site. Dengan demikian jumlah individu yang dapat dipanen (termasuk di Kawasan Konservasi) perlu ditentukan berdasarkan besaran karakteristik populasi tersebut (misal laju pertumbuhan populasi dan minimum viable population). Panen optimum dapat dilakukan pasa setengah daya dukung. Prinsip yang diadopsi adalah lestari di alam dan memberi kemanfaatan; 4) Opsi kedua yang dapat ditawarkan adalah pendekatan habitat, sehingga beberapa spesies yang berada pada habitat yang sama dapat pula terlindungi. Perlindungan sebetulnya bukan satu-satunya cara untuk melestarikan suatu spesies karena masyarakat lokal pun dapat turut serta melestarian spesies. Spesies yang dilindungi oleh masyarakat dengan dimanfaatkannya secara non eksploitatif misalnya melalui kegiatan bird watching atau wisata minat khusus lainnya; dan 5) Terhadap populasi yang sudah sangat langka, kegiatan penangkaran perlu ditingkatkan sebagai back-up stok populasi, namun demikian masih perlu penyesuaian terhadap kebijakan peredaran agar masyarakat umum turut bersemangat untuk melakukan Konservasi melalui pendekatan ex-situ.

Pelajaran dari Pandemi COVID-19: Saatnya kita fokus melestarikan biodiversitas

Bogor, 10 Juni 2020. Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2020 diperingati oleh Fakultas Kehutanan IPB University dengan menyelenggarakan diskusi daring seri pertama dari rangkaian FAHUTAN TALK. Diskusi daring tersebut diselenggarakan pada 09 Juni 2020 dengan tema “Time for Nature Focus on Biodiversity”. Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS turut hadir menjadi moderator diskusi. Diskusi daring yang diselenggarakan atas kerjasama IPB University, Bogor’s Nature Group, dan Dewan Pertimbangan Kalpataru ini diikuti tidak kurang dari 150 orang peserta.

Terdapat tiga pembicara yang dihadirkan untuk membahas tiga sub-tema yang berbeda. Dr. Ir. Aca Sugandhy (Anggota Dewan Pertimbangan Kalpataru) selaku pembicara pertama membahas sub-tema “Environment and COVID-19”. Dalam sub-tema ini Dr. Aca menekankan pada fakta bahwa kerusakan lingkungan, pencemaran lingkungan, dan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan mengakibatkan lingkungan kehidupan kita baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan menjadi sangat rentan pada ancaman bencana alam ataupun bencana akibat ulah manusia termasuk salah satunya wabah COVID-19. Dr. Aca juga membahas mengenai kebijakan penanganan wabah COVID-19 yang harus ditangani secara ilmu manajemen yang meliputi dimensi manusia, ruang, waktu, penganggaran, teknologi, dan kelembagaan. Berkaca dari dampak pandemik maka beberapa prinsip pembangunan harus dilakukan, yakni: membangun kesadaran untuk memutus rantai virus, mengurangi dampak ekonomi dengan memberdayakan potensi sumber daya hayati setempat, memberikan pengalaman positif kepada para penderita, membangun dan mengoperasikan infrastruktur yang memberikan dampak positif kepada upaya percepatan penanggulangan pandemik, serta menghormati hak-hak, budaya, hukum adat dan kehidupan spiritual dan sosial masyarakat sekitar wilayah pandemik.

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra (Dewan Guru Besar IPB University) secara khusus membahas paradigma baru konservasi keanekaragaman hayati pada sub-tema diskusi “New Era for Biodiversity Conservation”. Prof. Hadi membahas konservasi dari sisi filosofi dan spiritual. Prof. Hadi mengenalkan sosok Arne Ness sebagai guru dari ecosophy, sebuah aliran filosofi mengenai keseimbangan ekosistem. Konservasi saat ini haruslah berfokus pada penguatan kepemimpinan di semua lini, sehingga dapat mewujudkan generasi yang dapat melindungi alam dan bijaksana dalam pemenfaatannya. Prof. Hadi menutup pembahasan dengan menekankan pendekatan spiritual sebagai fokus dari strategi pengarusutamaan konservasi sumberdaya alam. Dr. Ir. Suryo Adiwibowo, MS (Dosen Departem SKPM IPB University) selanjutnya membuka diskusi sub-tema “Sosial Budaya dan COVID-19” dengan memaparkan mengenai kelompok masyarakat yang rentan terhadap dampak pandemik COVID-19. Prof. Adi selanjutnya menuturkan bahwa pandemik COVID-19 memiliki memiliki banyak kesamaan dengan perubahan iklim. Kedua bencana ini merupakan tragedy of the horizon dan tragedy of the common yang mana untuk menyelesaikannya memerlukan langkah-langkah aksi yang baru dapat dilihat hasilnya puluhan tahun ke depan. Pandemik dan perubahan iklim membutuhan perubahan fundamental dari orientasi sistem kinerja yang berjangka pendek menjadi sistem ketahanan jangka panjang (long term resiliency). Masyarakat secara individual, pembisnis, pemerintah, lembaga/organisasi masyarakat memiliki peran masing-masing dalam menyelesaikan pandemik dan perubahan iklim. Kita semua harus sama-sama dalam bekerjasama. (SYH,Sal,W&@W)


FB : konservasisumberdayahutan.ekowisata
IG : kshefahutanipb
Twt: @dkshe
Ytb: DKSHE Fahutan IPB (video Fahutan Talk 1)


Semangat Konservasi Alam dan Lingkungan Indonesia Sang Profesor

Bogor, 25 Maret 2019. Mewakili Menteri LHK, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, menghadiri Apresiasi Kiprah Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS. di IPB International Convention Center, Bogor (23/03/2019). Acara ini merupakan bentuk penghormatan terhadap kiprah gemilang Sang Profesor dalam mendukung upaya konservasi sumber daya alam.

Diawali dengan mata kuliah “Perlindungan Alam dan Pelestarian Margasatwa (PAPM)”, pada pertengahan 1980an di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan (KSH), tokoh yang akrab disapa Prof. Alikodra ini, membawa konsep baru konservasi dengan istilah 3 P, yaitu Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan secara Lestari. Konsep ini kemudian dimotori oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (Ditjen PHPA, Departemen Kehutanan pada waktu itu), yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam kesempatan ini, Wiratno, menyampaikan apresiasinya kepada sang profesor. “Sistem alam sangat penting dan menjadi acuan kita, kedepan masih banyak yang harus kita gali dari kiprah Prof. Alikodra,” ujarnya.

Wiratno juga menyampaikan bahwa kiprah Prof. Alikodra selama 45 tahun sejak tahun 1974, telah memberikan peran yang penting bagi kemajuan ilmu konservasi.
“Bukan waktu yang pendek untuk selalu konsisten mengajarkan dan mengerjakan hal-hal terkait konservasi dan lingkungan,” Wiratno menambahkan.

Sebagaimana diketahui, Prof. Alikodra pernah berperan sebagai birokrat pada Kementerian Lingkungan Hidup, sampai menjadi Staf Ahli Menteri LH Bidang Teknologi Lingkungan Hidup, Anggota Dewan Riset Nasional, serta Wakil Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal). Selain bekerja sebagai pengajar pada almamaternya, Prof. Alikodra juga mengajar sebagai Dosen Tamu pada UIN, USU, dan UI. Tidak kurang dari 10 Doktor dari IPB, 3 Doktor pada UIN, 11 Doktor dari UI, dan 7 Doktor dari USU yang lahir dari bimbingannya.

Prof. Alikodra telah menulis sebanyak 16 Buku, mulai dari Dasar-Dasar Pengelolaan Satwa Liar (1990) sampai dengan buku tentang Moral dan Etika Konservasi Alam, dan buku tentang pentingnya membumikan Ecosophy; Etika bagi Penyelamatan Biodiversity dan Lingkungan Hidup. Tidak kurang dari 29 tulisan pada jurnal internasional yang pernah ditulisnya, serta 10 tulisan di media massa. Prof. Alikodra juga sangat intens berperan dalam seminar, lokakarya dan simposium di 45 event di sepanjang kariernya, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sementara itu, pada waktu yang sama, Prof. Alikodra pada orasinya mengutarakan konsep Ecosofi, bahwa “Generasi Konservasi harus melakukan metafora, wajib mengikuti garis – garis ketentuan Allah sebagai hukum alam”.

“Menyuarakan semangat konservasi alam dan lingkungan di Indonesia, dapat diwujudkan bersama para pihak yang bergerak di bidang konservasi alam dan lingkungan, karena Manusia, Alam, Sang Pencipta dalam faham Ekosofi Bagi Lingkungan Berkelanjutan,” tutur Prof. Alikodra.

Prof. Alikodra, adalah pendiri Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (dulu Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan), pada bulan Februari 2019 beliau memasuki usia pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil di usia 70 tahun. Beliau mengenalkan konsep “Strategi Konservasi Dunia” atau dikenal dengan World Conservation Strategy (WCS), sebagai hasil dari pertemuan internasional yang diselenggarakan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) pada tahun 1980 di Gland, Swiss.

Dalam naskah aslinya, ada 3 (tiga) tujuan konservasi, yaitu:
1). Maintenance of essential ecological processes and life-support systems;
2). Preservation of genetic diversity;
3). Sustainable utilization of species and ecosystems.
Dalam mata kuliah beliau juga dibahas mengenai satu bentuk kawasan konservasi yang pada waktu itu belum banyak dikenal, yaitu taman nasional. Istilah ini memang tidak ada dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan.

Konsep konservasi sebagaimana tersebut di atas, dalam perjalanan waktu kurang dari 10 tahun kemudian menjadi pondasi substansi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus 1990.

Turut hadir dalam apresiasi ini,
Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, M.S. (Menteri Riset dan Teknologi di Kabinet Indonesia Bersatu II, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia 2009-2011),
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. (Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong), Wakil Rektor II IPB Agus Purwito, Dekan Fakultas Kehutanan Dr. Rinekso, Penasehat Senior Menteri LHK Dr. Efransjah, dan 150 alumni bimbingan Prof. Alikodra.

Sumber dari berbagai media :

  • https://ppid.menlhk.go.id/berita_foto/browse/1731
  • http://mediaindonesia.com/read/detail/225034-semangat-konservasi-alam-dan-lingkungan-indonesia-sang-profesor
  • https://www.indopos.co.id/read/2019/03/24/169386/semangat-konservasi-alam-dan-lingkungan-indonesia-sang-profesor

Seminar Nasional HIMAKOVA DKSHE Fahutan IPB : Pusaka Nusantara

Bogor. 20 Oktober 2018. Sebagai salah satu program unggulan HIMAKOVA Departemen KSHE Fakultas Kehutanan IPB yang dilakukan setiap tahunnya, telah melangsungkan Seminar Nasional yang bertemakan tentang Pusaka Nusantara 2018 yang digelar di Gedung Auditorium Andi Hakim Nasution Kampus IPB Dramaga Bogor pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018.

Gelaran kegiatan ini dilaksanakan sebagai puncak dari rangkaian dua kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Eksplorasi Flora Fauna dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) pada tanggal 16 – 26 Januari 2018 di Ciletuh Geopark, Jawa Barat dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) pada tanggal 15 Agustus – 01 September 2018 di Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Maluku Utara.

Seminar Nasional Hasil Ekspedisi HIMAKOVA Pusaka Nusantara 2018 diawali dengan sambutan dari Yusuf Dwiutama selaku Ketua Panitia Pelaksana dilanjutkan dengan sambutan oleh M Fithra Adil Lubis selaku Ketua Himakova, serta sambutan oleh Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MScF selaku Sekretaris Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Terakhir sambutan sekaligus pembukaan acara seminar oleh Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F.Trop selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB.

Rangkaian kegiatan seminar diisi dengan penyampaian materi kegiatan RAFFLESIA dan kegiatan diskusi panel serta tanya jawab dari: 1. Taufik Ari Firdaus selaku ketua pelaksana kegiatan RAFFLESIA 2018 2. Desi Elvera Dewi, MM perwakilan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO 3. Prof. Ir. Mega Fatima Rosana, M.Sc., Ph.D selaku Guru Besar Unpad 4. Endang Sutisna Ketua PAPSI serta sebagai moderator Bapak Dede Aulia Rahman, S.Hut, M.Si, P.hD.

Selanjutnya penyampaian materi kegiatan SURILI dan kegiatan diskusi panel serta tanya jawab tentang potensi keanekaragaman hayati, potensi ekowisata, pemetaan gua dan kajian sosial budaya masyarakat lokal antara lain: 1. Ramdani selaku ketua pelaksana kegiatan SURILI 2018 2. Dr.Ade Soeharso, S.Hut, M.Si selaku Direktorat KKH 3. Muhammad Wahyudi, SP., MSc selaku Kepala Balai TNAL 4. Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa DEA selaku Guru Besar IPB Dan dimoderatori oleh Ibu Dr. Ir. Arzyana Sungkar, MSc

Seminar ini menjadi agenda penting HIMAKOVA jika dengan berkarya dan berbagi untuk menunjukkan jika Indonesia kaya dengan keberagaman alam dan kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Seminar dan diskusi ini menunjukan bahwa menjadi tantangan bagi kita terutama generasi penerus untuk tetap berusaha menjaga kelestarian alam agar ekosistem berjalan seimbang. Selain itu kita diajak untuk menyingkap apa itu konservasi dan mengenal lebih dekat tentang kehidupan sosial, keunikan budaya masyarakat serta potensi ekowisata yang dapat dijadikan destinasi wisata baru di Indonesia. Salam Konservasi. (@W).

 

   

Dikutip dari beberapa media:

https://deskgram.net/himakova

#SeminarNasional #SeminarNasionalHIMAKOVA2018 #SURILI2018 #Rafflesia2018 #HIMAKOVAIPB

22 September | Peringati Hari Badak Sedunia

22 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Badak Sedunia atau di dunia internasional populer dengan World Rhino Day ditetapkan pertama kali oleh salah satu lembaga konservasi dunia WWF – Afrika pada tahun 2010 lalu sebagai Hari Badak Internasional. Indonesia beberapa waktu sukses menyelenggarakan Asian Games 2018 dengan tema Energy of Asia. Salah satu dari 3 maskot pada event internasional tersebut yaitu Badak bercula satu yang diberi nama Kaka  yang melambangkan simbol dari kekuatan Asia khususnya Indonesia sebagai tuan rumkah even internasional 4 tahunan.

Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki populasi tersisa Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang diperkirakan memiliki 50 ekor lebih di wilayah konservasi Taman Nasional Ujung Kulon. Selain badak jawa terdapat Populasi Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) juga dalam kondisi yang tidak kalah kritisnya. Saat ini diperkirakan hanya sekitar 200 individu badak Sumatera yang tersebar di Sumatera bagian utara dan selatan.

Badak merupakan salah satu satwa (langka) yang kharismatik dan sangat dilindungi. Upaya pemerintah melalui kelembagaan yang berwenang bekerjasama dengan berbagai LSM baik nasional maupun internasional terus dilakukan untuk kelestarian badak yang semakin sedikit populasinya  akibat perburuan liar serta penurunan kualitas dan kuantitas habitat asli mereka yang diakibatkan perambahan atau konversi hutan.

Melalui peraturan menteri kehutanan nomor P43/menhut/II/2007 tentang Strategi penyelamatan dan rencana aksi konservasi badak indonesia telah diupayakan dalam meningkatkan populasi badak jawa sebesar 20% serta membangun populasi kedua badak jawa atau suaka badak jawa. Oleh karena itu diperlukan tindakan segera serta komitmen kebijakan pemerintah dan berbagai pihak, baik masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penyelamatan populasi kedua jenis badak untuk menjaga hutan dan menjamin perlindungan penuh populasi badak dan konservasi kedua jenis badak di Indonesia yaitu badak jawa dan sumatera.

Dengan diperingatinya 22 September sebagai Hari Badak Internasional sebagai upaya membangun pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian badak di dunia khususnya Indonesia serta peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab kita semua akan pentingnya keberadaan badak serta kelestarian habitatnya di dunia.(@W)

Selamat Hari Badak Internasional

Referensi berbagai sumber:

forumbadak.wordpress.com
wwf.or.id
menaranews.com
travel.kompas.com
inspirasipagi.id